Sikap Yang Perlu Dikembangkan terhadap Upaya Penegakkan HAM dan lembaga Perlindungan HAM

Sebagai warga negara yan baik perlu menghargai setiap upaya untuk penegakkan HAM. Begitu pula menghargai upaya-upaya yang dilakukan oleh lembaga perlindungan HAM. Wujud sikap menghargai itu, antara lain:
  1. Mendukung upaya lembaga yang berwenang untuk menindak secara tegas pelaku pelanggaran HAM. Misalnya, mendukung upaya negara untuk mendindak tegas para pelakunya dengan menggelar peradilan HAM, mendukung upaya penyelesaian melalui lembaga peradilan HAM Internasional, apabila peradilan HAM yang dilakukan suatu negara mengalami jalan buntu.
  2. Mendukung berbagai upaya yang dilakukan oleh LSM atau lembaga masyarakat lain untuk mengungkap berbagai pelanggaran HAM agar dapat diselesaikan secara hukum maupun melalui rekonsiliasi (politis).
  3. Mendukung dan berpartisipasi dalam setiap upaya yang dilakukan pemerintah dan masyarakat untuk memberikan bantuan kemanusiaan. Bantuan kemanusiaan itu bisa berwujud makanan, pakaian, obat-obatan atau tenaga medis. Partisipasi kita bisa berwujud usaha menggalang pengumpulan dan penyaluran berbagai bantuan kemanusiaan.
  4. Mendukung upaya terwujudnya jaminan restitusi, kompensasi, dan rehabilitasi bagi para korban. Restitusi merupakan ganti rugi yang dibenankan pada para pelaku baik untuk korban atau keluarganya. Jika restitusi dianggap tidak mencukupi, maka harus diberikan kompensasi, yaitu kewajiban negara untuk memberikan ganti rugi pada korban atau keluarganya. Disamping resistusi dan kompensasi, korban juga berhak mendapat rehabilitasi. rehabuilitasi bisa bersifat psikologis, medis, dan fisik. Rehabilitasi psikologis, misalnya berupa pembinaan kesehatan mental untuk terbebas dari trauma, stres, dan gangguan mental yang lain. Rehabilitasi medis, yaitu berupa jaminan pelayanan kesehatan. Sedangkan rehabilitasi fisik dapat berupa pembangunan kembali sarana dan prasarana, seperti perumahan, air minum, perbaikan jalan dan lain-lain.

Latar Belakang Kebangkitan Bangsa-bangsa Asia dan Afrika

Latar Belakang Kebangkitan Bangsa-bangsa Asia dan Afrika - Kebangkitan bangsa-bangsa di Asia dan Afrika dilatarbelakangi oleh hal-hal sebagai berikut:
A.Kejayaan dimasa lampau
Sebelum kedatangan bangsa Barat (Eropa), bangsa-bangsa Asia dan Afrika adalah suatu bangsa yang penuh dengan kejayaan. Kerajaan yang mengalami kejayaan dan menjadi kebanggaan mereka dimasa lampau adalah:
  1. Mesir semasa pemerintahan Firaun Cheops, Amenhotep IV, Thutmosis III, dan Ramses II.
  2. India semasa pemerintahan Kaisar Ashoka dan zaman kesultanan Delhi.
  3. Cina semasa pemerintahan Dinasti Chin dan Han.
  4. Turki semasa kerajaan Seljuk, Mameluk, dan Ottoman.
  5. Indonesia semasa pemerintahan Raja balaputra dewa (sriwijaya) dan Hayam Wuruk (Majapahit).
Kenagnan akan kejayaan masa lampau itu menggugah dan membangkitkan semangat bangsa-bangsa di Asia Afrika untuk memperjuangkan bentuk negara yang bebas dari segala penindasan bangsa asing.
B.Bangsa-bangsa di Asia dan Afrika Sebagai Korban Kolonialisme dan Imperialisme Barat
Bangsa-bangsa Eropa mulai berdatangan ke Asia-Afrika pada abad ke 16. Sejak saat itu, kawasan Asia-Afrika menjadi lahanyang diperebutkan oleh bangsa-bangsa Erop[a. Selain sebagai tempat untuk memasarkan hasil industrinya, kawasan yang luas itu juga dijadikan sebagai tempat untuk mengambil bahan mentah serta bahan baku. Selain itu, bangsa-bangsa Eropa juga berlomba untuk menenamkan pengaruh politiknya.
Kesewenang-wenangan kolonial barat dalam menguasai wilayah Asia Afrika membuat kehidupan rakyat menjadi semakin menderita dan tertindas. Hal ini lambat laun menumbuhkan kesadaran bahwa kedatangan kaum imperialisme Barat itu akan menambah penderitaan yang dialami oleh rakyat menjadi semakin berkepanjangan. Kesadaran itu kemudian menimbulkan semangat dan keberanian untuk menentang kaum imperialis dan mewujudkan suatu negara merdeka yang bebas dari pengaruh serta ketidakadilan bangsa asing.
C.Kemenangan Jepang Atas Rusia
Perang antara Jepang dan Rusia diawali dengan persaingan dalam memperebutkan wilayah Manchuria dan Korea. Pada sat itu, wilayah Manchunia dan korea berada dibawah kekuasaan Cina. Antara Jepang dan Rusia telah terjalin sejumlah kesepakatan. Namun, ternyata Rusia melakukan pelanggaran terhadap isi kesepakatan tersebut. Hal itu tentusaja membuat Jepang menjadi marah. Akibatnya, meletuslah perang antara Jepang dan Rusia pada bulan februari 1904.
Perang yang terjadi antara Jepang dan Rusia tersebut berlangsung di darat dan di laut. Armada laut Jepang dipimpin oleh Admiral Heihachiro Togo, sedangkan pasukan darat Jepang  dipimpin oleh Marsekal Iwao Oyama. Dalam peperangan tersebut, Jepang berhasil memukul mundur Rusia. Pertempuran antara Jepang dan Rusia diakhiri dengan penandatanganan Perjanjian Portsmouth pada tahun 1905.
Kemenangan Jepang atas Rusia tersebut memberikan harapan bagi bangsa-bangsa Asia dan Afrika.

Sejarah Perang Padri dan Sebab-sebab Perang Padri

Ilmu sejarah memang perlu sekali untuk tetap dipertahankan, jika ilmu sejarah tidak dipertahankan rasanya sayang sekali perjuangan mereka dalam membela tanah air ini. Berikut ini sejarah tentang perang Padri 1821-1825 (Sebelum pecah perang Diponegoro) yang peru kita ketahui.
Berikut ini adalah sebab-sebab terjadinya perang padri:
  1. Adanya pertentangan antara kaum adat dengan kaum Padri. Kaum adat adalah para pengantut agama islam, tetapi mereka menjalankan adat kebiasaan yang bertentangan dengan ajaran agama islam, seperti berjudi, minum minuman keras, dan menyambung ayam. Adapun kaum Padri adalah kaum muslim yang dipimpin oleh tokoh agama Islam yang baru pulang dari menunaikan ibadah haji. Mereka antara lain Haji Piabang, Haji Miskin dan haji Sumanik. Para haji ketika di negara Arab Saudi mendalami ajaran Wahabi, suatu ajaran Islam yang ingin memberantas adat kebiasaan yang bertentangan dengan ajaran agama Islam.
  2. Adanya campur tangan Belanda untuk membantu kaum adat.
Itulah beberapa penyebab perang padri yang harus kita ketahui.
Proses Perlawanan Perang Padri
Perang padri terbagi menjadi dua tahap, yakni :
  1. Tahun 1821-1825 (Sebelum pecah perang Diponegoro)
    Semula perang Padri merupakan perang saudara antara kaum Padri dengan kaum adat. Pertempuran besar pertama terjadi di Lawas. dalam pertempuran ini, kaum Padri dipimpin oleh Datuk Malin Basa (Imam Bonjol). Pimpinan lainnya adalah Datuk Bandoro, Tuanku Nan Pasaman, Tuanku nan Renceh, dan  Tuanku Cerdik. Untuk menghadapi kaum Padri kaum adat meminta bantuan Belanda di Padang.
    Kaum adat dan Belanda yang bersenjatakan lengkap di hadapi kaum Padri dengan sisat perang gerilya. Pertemouran teradi di Semawang, Lintau, daerah Bonio, dan Agam. Kaum Padri dipimpin oleh Tuanku Nan Renceh. Belanda mendirikan Benteng Fort van der Capellen di Batu Sangkar dan Benteng Foert de Kock di Bukittinggi. Pasukan Belanda mengalami kekalahan di Pagaruyung sehingga terpaksa mundur.
    Pada tahun 1825 di Jawa terjadi Perang Diponegoro sehingga kedudukan Belanda semakin sulit. Kemudian Belanda menggunakan taktik damai dengan kaum Padri yang ditanda tangani tanggal 15 November 1825 Isinya adalah, kedua belah pihak tidak akan saling menyerang, dan Belanda mengakui batas-batas wilayah kaum Padri. Setelah perudningan itu, Belanda menarik pasukannya untuk menghadapi Perang Diponegoro di Pulau jawa.
  2. 1830-1837 (Setelah perang Diponegoro)
    Setelah perang Diponegoro berakhir, Belanda mulai menggempur kaum Padri di Minagkabau. Kaum adat pada waktu itu sadar bahwa tujuan Belanda hanya ingin menguasai Minangkabau dan menindas rakyat kecil.  Kaum adat kemudian mengubah sikapnya, yaitu bersatu dengan kaum Padri untuk bersama-sama melawan Belanda. Kaum Padri dipimpin oleh Tuanku Imam bonjol. Belanda kemudian mendatangkan pasukan dari pulau Jawa. Pasukan Sentot Ali Basya Prawirodirjo didatangkan pula untuk melawan kaum Padri dan kaum Adat. Akan tetapi, Sentot berkhianat terhadap Belanda karena ia justru membantu Kaum Padri melawan Belanda. Akhirnya, Sentot di tangkap dan diasingkan di Cianjur.
  3. Akhir perlawanan Padri
    Pada tahun 1837 pasukan Belanda berhasil menerobos Benteng bonjol. Tuanku Imam Bonjol ditangkap dan diasingkan ke Ciancur. kemudian Beliau dipindahkan ke Minahasa sampai wafatnya dalam tawanan. Jenazahnya dimakamkan di Pineleng (dekat Manado).
Sumber: http://dewanku02.blogspot.co.id/2015/01/sebab-sebab-perang-padri-1821-1837.html