Definisi Promosi dan Publikasi

2.1 Promosi
Kegiatan promosi adalah suatu kegiatan intensif dalam waktu yang relatif singkat. Dalam kegiatan promosi itu diadakan usaha untuk memperbesar daya tarik produk terhadap calon konsumen. Untuk mengadakan promosi yang tepat harus disadari bahwa yang sering didistribusikan ke pasar itu bukan barang jadi, akan tetapi hanya komponen-komponennya saja, seperi hotel, atraksi dan angkutannya.
Komponen-komponen tersebut masih harus diramu menjadi sebuah produk pariwisata yang lengkap. Produk dapat disusun sendiri oleh wisatawan yang mengadakan perjalanan. Jadi promosi juga harus ditujukan untuk mereka. Ini disebut ‘promosi konsumen’ atau promosi langsung.
Banyak wisatawan membayar untuk produk yang sudah jadi yang disusun oleh perusahaan perjalanan umum dan ditawarkan kepada calon wisatawan melalui ‘biro perjalanan’ atau cabang dari biro perjalanan umum. Jelaslah bahwa perusahaan perjalanan juga harus dijadikan sasaran promosi. Ini merupakan ‘promosi perantara’ atau ‘promosi tidak langsung’.
2.1.1 Promosi Langsung
Sasaran terakhir dari semua kegiatan pemasaran dan promosi ialah orang-orang yang akhirnya mengeluarkan uang untuk mengadakan perjalanan wisata: si calon wisatawan atau wisatawan potensial. Berhasil-tidaknya promosi kepariwisataan akan terlihat dari banyak jumlah orang yang bersungguh-sungguh membeli produk pariwisata yang dipromosikan. Untuk tujuan tersebut, makin besar daya tarik produk wisata, maka akan semakin baik hasilnya. Untuk itu, pada waktu tertentu yang tepat diadakan kegiatan promosi.
Cara-cara yang lazim digunakan untuk keperluan itu yang terpenting adalah sebagai berikut:
1. ‘Peragaan’, misalnya rumah adat, pakaian tradisional, gambar-gambar. Dengan peragaan itu produk dan tempat penjualannya lebih mudah dapat dikenal oleh calon konsumen atau wisatawan.
2. Barang cetakan yang disebarkan ke pasar. Berbagai informasi dan imbauan dapat dicantumkan di dalamnya.
3. ‘Pameran khusus’ berupa benda-benda kebudayaan, pertunjukan seni dan lain sebagainya, yang dapat ditingkatkan menjadi “pekan atau bulan pariwisata”, yang dapat diadakan di daerah pasar maupun di daerah tujuan wisata itu sendiri.
4. Pemberian potongan harga selama jangka waktu tertentu, biasanya diberikan pada waktu promosi.
5. Pemberian hadiah khusus selama waktu promosi kepada konsumen atau wisatawan, misalnya: tas perjalanan, karcis bebas untuk melihat atraksi di daerah pariwisata dan sebagainya.
Pada hakikatnya cara-cara promosi itu tidak terbatas karena tergantung pada kreativitas petugas yang mengadakan promosi.Promosi langsung dilakukan oleh semua lembaga yang bersangkutan dengan pemasaran: produsen komponen pariwisata, biro perjalanan umum atau Biro Perjalanan Wisata.

2.1.2 Promosi tidak langsung
Promosi tidak langsung pertama-tama ditujukan kepada penyalur produk pariwisata, seperti Biro Perjalanan Wisata dan cabang-cabangnya, agen perjalanan, organisasi-organisasi perjalanan dan sebagainya. Tujuan promosi kepada penyalur ialah:
1. Menarik perhatian mereka kepada komponen-komponen produk pariwisata yang ditawarkan dan membuat mereka bersedia untuk menjualkannya dalam produk pariwisata yang mereka susun.
2. Menciptakan kondisi dan menyediakan sarana bagi mereka untuk menyusun produk pariwisata yang tepat untuk dijual kepada onsumen atau wisatawan.
Cara-cara yang banyak digunakan untuk keperluan tersebut antara lain:
1. Pemberian informasi dalam bentuk media cetak.
2. Publikasi dalam majalah-majalah profesi yang beredar di daerah perusahaan penyalur.
3. Kunjungan kepada perusahaan-perusahaan penyalur.
4. Pertemuan-pertemuan dengan perusahaan penyalur untuk memberi informasi.
5. Menyelenggarakan ‘temu karya’.
6. Mengundang wakil-wakil perusahaan penyalur untuk mengunjungi daerah tujuan wisata.
Promosi dengan cara-cara semacam itu yang dapat dilakukan terhadap orang-orang yang berpengaruh atas pengambilan keputusan oleh wisatawan potensial untuk mengadakan perjalanan wisata. Berhasil tidaknya promosi dapat diukur dari banyaknya informasi yang diminta juga besarnya volume kedatangan wisatawan.


2.2 Publikasi
Berbeda dengan promosi yang berusaha lebih menyesuaikan produk dengan permintaan pasar, maka ‘publikasi’ berusaha mensiptakan permintaan itu atau mempengaruhi permintaan dengan cara menonjolkan kesesuaian produk wisata dengan permintaan. Tujuan pokok dari publikasi ialah memancing reaksi pasar, menggerakkan calon konsumen agar mencari produk yang ditawarkan.
Di dalam publikasi dapat dilihat adanya tiga tahapan pokok, yaitu :
1. Penyebaran informasi
2. Penanaman kepercayaan dan keyakinan
3. Penjualan.
Publikasi akhirnya bertujuan untuk menjual produk, yang dimaksud produk adalah produk pariwisata. Semua kegiatan pemasaran hanya mempunyai arti sebagai tahap-tahap penjualan. Untuk mengadakan publikasi yang baik semua unsur kegiatan pemasaran harus sudah dipastikan terlebih dahulu dan diketahui dengan baik: kualitas produk, komponen-komponen, harga, distribusi dan jasa purnajualnya.
Juga harus diketahui keadaan pasarnya: segmen-segmen pasarnya, kekayaan penduduk pada umumnya, dengan mengingat adanya elastisitas pendapatan, waktu senggang yang tersedia juga struktur kependudukannya.
Disamping itu juga harus diingat adanya persaingan di antara produk-produk pariwisata yang ditawarkan di pasar dan adanya elastisitas harga.
Yang tersebut di atas perlu diinformasikan dengan tepat kepada konsumen, yaitu wisatawan potensial. Dan yang harus diperhatikan ialah informasi itu harus khusus mengena pada produk pariwisata yang ditawarkan. Informasi itu harus disampaikan sedemikian rupa sehingga calon wisatawan percaya dan yakin bahwa ia akan dapat menikmati apa yang diinformasikan itu apabila ia membeli produk yang bersangkutan. Informasi yang dapat dipercaya dan meyakinkan akan menimbulkan motivasi yang kuat berakhir dengan pembelian produk pariwisata. Akan tetapi, informasi itu tidak boleh berlebihan sehingga menimbulkan gambaran yang tidak tepat kepada calon wisatawan dan akhirnya akan menjadi suatu disinformasi.
2.2.1 Publikasi Langsung
Ada bermacam-macam bentuk pesan dari publikasi yang disampaikan secara langsung kepada pasar, tergantung dari maksud, tujuan dan anggapan yang tersedia. Bentuk-bentuk itu sama dengan bentuk-bentuk yang lazim digunakan dalam promosi, yang juga ditujukan langsung kepada konsumen, yaitu : leaflet (lembaran-lembaran), folder (lipatan-lipatan), booklet atau brochure dan lain-lain. Dengan demikian sulit dibedakan dengan promosi.
1. Leaflet dan folder sebagai sarana publikasi, tidak menawarkan rabat atau pemberian hadiah kepada konsumen seperti dalam promosi. Isinya berupa pesan-pesan (message) yang menggelitik konsumen potensial agar timbul keinginannya untuk membeli produk tertentu. Harus diingat bahwa setiap leaflet atau folder itu merupakan kesatuan, jadi harus hanya berisi sebuah pesan saja berdasarkan sebuah tema tertentu. Biasanya kepada konsumen potensial sekaligus diberikan beberapa leaflet dan folder yang berisi pesan yang berbeda-beda, mungkin berdasarkan tema yang sama, mungkin yang sama bukan temanya, akan tetapi poros (axis) publikasinya.
2. Brosur perjalanan berbeda dengan brosur yang dikeluarkan untuk promosi. Brosur untuk publikasi memberikan data dan uraian yang menarik tentang perjalanan wisata yang ditawarkan, lengkap dengan rutenya, atraksinya, hotelnya, kendaraan yang digunakan, makannya, harganya dan sebagainya. Brosur yang demikian itulah yang disebut brosur perjalanan (itinerary) dan dikeluarkan oleh biro perjalanan umum (tour operator).
3. Lain-lain yang dapat berupa pameran,”pekan pariwisata”, laporan perjalanan dan sebagainya.


2.2.2 Publikasi intern
Agar promosi dan publikasi dapat diharapkan akan berhasil dalam kegiatan-kegiatannya maka harus didasarkan atas :
1. Suatu kebijakan umum tentang pemasaran;
2. Strategi pemasaran yang mantap;
3. Pilihan taktik pemasaran yang tepat, dan
4. Pilihan sarana komunikasi yang sesuai.
Keberhasilan promosi dan publikasi akan kelihatan dari hal-hal sebagai berikut :
1. Semakin besarnya arus kedatangan wisatawan;
2. Semakin lamanya wisatawan tinggal di daerah yang dipromosikan;
3. Makin besarnya pengeluaran wisatawan,dan
4. Makin besarnya kecenderungan wisatawan untuk berkunjung lagi ke daerah pariwisata yang sama.

Definisi Pemasaran

Pemasaran dapat dirumuskan sebagai masalah pembelian dan penjualan sebagai aktivitas usaha, termasuk di dalam arus barang-barang dan jasa-jasa antara produsen dan para konsumen. Konsep pemasaran merupakan suatu proses yang bergerak dengan dinamis, kegiatannya memindahkan barang-barang dan jasa-jasa dari produsen ke konsumen.
Pemasaran bukan saja mencakup hasil-hasil produksi berupa benda saja, tetapi juga mencakup bidang jasa. Pemasaran pariwisata meliputi sejumlah kegiatan yang maksudnya untuk mempengaruhi, mengimbau dan merayu wisatawan potensial sebagai konsumen agar mengambil keputusan untuk mengadakan perjalanan wisata, disini merupakan produk yang ditawarkan. Di samping itu, kegiatan pemasaran juga menyediakan kemudahan-kemudahan agar calon wisatawan tersebut dapat melaksanakan keputusannya, yaitu untuk mengadakan perjalanan.
Tujuan akhir dari pemasaran ialah agar orang membeli produk yang ditawarkan. Untuk itu produk harus dibuat menarik, agar orang tertarik produk itu harus tersedia, sehingga orang dapat membelinya. Untuk keperluan itu produk harus dinilai dengan uang, sehingga dalam pemasaran juga harus menetapkan harga produk. Kegiatan-kegiatan seperti itulah yang dirumuskan oleh ahli-ahli ekonomi sebagai pemasaran. Dalam kaitannya dengan pariwisata, Salah Wahab, Ph.D., L.J. Crampon, M.A., dan L.M. Rothfield, M.A. dalam buku Tourism Marketing menjabarkan pemasaran sebagai “… proses manajemen yang digunakan oleh Organisasi-organisasi Pariwisata Nasional atau perusahaan-perusahaan kepariwisataan untuk mengidentifikasikan wisatawan-wisatawan yang mereka pilih, baik yang aktual maupun yang potensial, dan berkomunikasi dengan mereka untuk menentukan dan mempengaruhi keinginan, kebutuhan, motivasi, kesenangan dan ketidaksenangan (likes and dislikes) mereka pada tingkat lokal, regional, nasional, dan internasional, dan untuk merumuskan dan meyesuaikan produk pariwisata mereka sesuai dengan situasi dengan maksud untuk mencapai kepuasan wisatawan yang sebesar-besarnya, dan dengan demikian mencapai sasaran mereka.
Rumusan Salah Wahab tersebut dengan jelas menunjuk tindakan-tindakan yang dilakukan dalam kegiatan pemasaran: menentukan atau memilih pasar atau calon konsumen atau wisatawan, memastikan apa yang dicari konsumen, mempengaruhi mereka, sehingga dapat diperoleh hasil yang optimal dan kepuasan yang sebesar-besarnya kepada konsumen.
Jelaslah bahwa dalam pemasaran itu dilakukan bermacam-macam tindakan. Tindakan yang dilakukan bersama-sama dalam pemasaran itu merupakan unsur-unsur pemasaran yang disebut marketing mix. Tindakan-tindakan dalam marketing mix itu mengacu kepada faktor-faktor tertentu yang menyebabkan calon wisatawan memutuskan untuk membeli produk wisata.
Dari tindakan-tindakan yang harus dilakukan dalam pemasaran itu kelihatan jelas bahwa pemasaran itu meliputi seluruh bidang kegiatan suatu perusahaan. P.Drucker dalam definisi tentang pemasaran menekankan: “(Pemasaran) adalah seluruh usaha dilihat dari sudut pandangan hasilnya yang terakhir, yaitu, sudut pandangan pelanggan. Oleh karena itu perhatian dan tanggung jawab untuk pemasaran harus meresapi seluruh perusahaan.”
Ada beberapa alasan yang membuat pemasaran penting bagi perusahaan Biro Perjalanan Wisata, diantaranya adalah:
1. Obyek-obyek pariwisata baik di dalam maupun di luar negeri, obyek alam ataupun kebudayaan berbeda pada suatu tempat atau daerah.
2. Penghasilan masyarakat berbeda-beda sesuai dengan kedudukannya dalam masyarakat.
3. Fasilitas seperti transportasi dan akomodasi yang digunakan sangat bervariasi, tergantung pada situasi, kondisi, dan juga kebijaksanaan.
4. Adanya faktor hari libur karyawan, mahasiswa, pelajar.
5. Peristiwa dan atraksi wisata tidak tersedia sepanjang tahun, tetapi bersifat musiman.

Makalah: Pengertian Pemasaran

Pemasaran adalah pelaksanaan kegiatan perusahaan yang mengarahkan atau mengendalikan arus barang dan jasa dari produsen kepada konsumen atau pemakai. Arti pemasaran sering disandarkan dengan penjualan, perdagangan atau distribusi, padahal istilah tersebut hanya salah satu bagian kegiatan pemasaran secara keseluruhan. Kegiatan pemasaran perusahaan harus dapat juga memberikan kepuasan kepada konsumen jika menginginkan usahanya berjalan terus atau konsumen mempunyai pandangan yang baik terhadap perusahaan. Pemasaran merupakan suatu hal yang sangat mendasar sehingga tidak dapatdianggap sebagai fungsi yang terpisah (seperti ketrampilan atau pekerjaan yang terpisah) dalam bisnis, atau yang sejajar dengan bagian lain seperti produksi atau personalia. Pemasaran merupakan dimensi pusat dari seluruh pasar, yang dipandang oleh bisnis sebagai hasil dari pandangan konsumen.
Sejak orang mengenal kegiatan pemasaran telah banyak definisi pemasaran yang dikemukakan. Beberapa definisi yang ada mempunyai pengertian yang tampaknya agak berbeda meskipun sebenarnya sama. Perbedaan ini disebabkan karena peninjauan marketing dari segi yang berbeda-beda. Oleh karena itu perlu adanya suatu pengertian untuk dipakai sebagai pedoman dalam perusahaan. Adapun definisi marketing dari beberapa ahli adalah sebagai berikut :
a. Stanton (1993:7) :
"Suatu sistem total dari kegiatan bisnis yang dirancang untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang-barang yang dapat memuaskan keinginan dan jasa baik kepada para konsumen saat ini maupun konsumen potensial."
b. Touslley, dkk (1984:74), yang dikutip oleh Alma (1998 : 1) :
"Terdiri dari usaha yang mempengaruhi permindahan pemilikan barang dan jasa dan termasuk distribusinya."
c. Kotler (1995:8) :
"Suatu proses sosial dan manajerial dimana individu dan kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginan mereka dengan menciptakan, menawarkan dan bertukar sesuatu yang bernilai satu sama lain."
Dari ketiga definisi diatas, meskipun kelihatannya berbeda tetapi terdapat kesamaan dalam definisi-definisi tersebut. Sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa definisi pemasaran mengandung arti segala usaha atau aktifitas dalam menyampaikan barang atau jasa para produsen kepada para konsumen, dimana kegiatan tersebut ditujukan untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan dalam cara tertentu yang disebut pertukaran.
Dari definisi diatas dapat juga diterangkan bahwa arti pemasaran adalah lebih luas dari pada arti penjualan, pemasaran mencakup usaha perusahaan yang dimulai dengan mengidentifikasi kebutuhan konsumen yang perlu dipuaskan dengan produk yang sesuai, menentukan cara-cara promosi dan penyaluran atau penjualan produk tersebut. Jadi kegiatan pemasaran adalah kegiatan-kegiatan yang berhubungan sebagai suatu sistem. Tantangan bagi pemasaran adalah menghasilkan pendapatan dengan memenuhi keinginan para konsumen pada tingkat laba tertentu tanpa melupakan tanggungjawab sosial.
a. Manajemen Pemasaran
Manajemen pemasaran dapat terjadi di sebuah organisasi dalam hubungan pasarnya. Hal ini mengandung arti bahwa sebuah perusahaan dalam beroperasi dapat terlepas dari pengaruh-pengaruh lingkungan luar perusahaan atau lingkungan eksternal, dan lingkungan eksternal perusahaan ini mempunyai sifat yang tidak mudah dikendalikan. Apabila lingkungan luar perusahaan mempunyai sifat tidak dapat dikendalikan maka berbeda halnya dengan lingkungan internal perusahaan yang sifatnya dapat dikendalikan tetapi sumber-sumber daya tersebut terbatas pula sifatnya.
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan salah satunya adalah kegiatan pemasaran yang juga mempunyai pengaruh terhadap kelangsungan hidup perusahaan, untuk itu perlu dilakukan pengelolaan yang cukup baik.
Adapun definisi marketing management dari beberapa ahli adalah sebagai berikut :
a. Stanton (1981:14), yang dikutip oleh Alma (1998:24 ) :
"Kegiatan pemasaran pada sebuah perusahaan yang harus dikoordinasi dan dikelola dengan sebaik-baiknya dimana manajer pemasaran harus berperan penting dalam perencanaan perusahaan."
b. Kotler (1995:16) :
"Proses perencanaan dan pelaksanaan dari perwujudan, pemberian harga, promosi dan distribusi dari barang-barang, jasa dan gagasan untuk menciptakan pertukaran dengan kelompok sasaran yang memenuhi tujuan pelanggan dan organisasi."
b. Karakteristik, Klasifikasi dan Pemasaran Jasa
Pengertian jasa menurut Kotler (1998:83) adalah setiap tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun.
Ada tiga karakteristik jasa menurut Berry, yang dikutip oleh Alma (1998:45) :
1). Lebih bersifat tidak berwujud daripada berwujud (more intangible than tangible). Benda dan barang yang dibeli atau digunakan sehari-hari adalah sebuah obyek, sebuah alat atau sebuah benda, sedangkan jasa merupakan perbuatan, penampilan atau sebuah usaha.
Bila membeli suatu barang maka barang tersebut diapakai dan ditempatkan pada suatu tempat. Tapi bila membeli jasa, maka pada umumnya tidak ada wujudnya. Konsep tidak berwujud ini, mempunyai arti yang keduanya merupakan tantangan bagi marketing, yaitu :
a). Sesuatu yang tidak dapat disentuh atau tidak dapat dipahami.
b). Sesuatu yang tidak dapat didefinisikan, tidak mudah diformulasikan.
Untuk memasarkan jasa ini diperlukan pemikiran yang lebih jauh bagi para pelaksana dibandingkan dengan pemasaran barang.
2). Produksi dan konsumsi berjalan serempak.
Jasa diproduksi dan dikonsumsi dalam jangka waktu yang sama. Pada umumnya, barang diproduksi dulu kemudian dijual dan dikonsumsi. Sedangkan jasa biasanya dijual dulu, kemudian diproduksi dan dikonsumsi secara serempak. Dikatakan produksi dan kosumsi berjalan serempak artinya si penghasil jasa, sering hadir secara fisik, pada waktu kosumsi berlangsung. Arti kehadiran produsen jasa, bahwa distribusi jasa merupakan hal yang sangat penting. Pemasaran jasa yang penting ialah bagaimana menyalurkannya dalam cara yang tepat.
3). Kurang memiliki standar dan keseragaman.
Industri jasa cenderung dibedakan antara lain :
a). Berdasarkan orang.
b). Berdasarkan perlengkapan.
Implikasi perbedaan ini ialah jasa yang memakai pelayanan orang, memiliki tingkat variabilitas, tergantung pada orangnya, dan tingkat perbedaan ini tidak ada pada jasa yang dilayani oleh mesin.
Menurut Kotler (1998:84), ada empat karakteristik yang dimiliki oleh suatu jasa yaitu :
1). Tidak berwujud.
Jasa mempunyai sifat tidak berwujud tetapi eksistensinya dapat dirasakan. Oleh karena itu jasa tidak dapat dilihat, diraba, didengar atau dicium oleh konsumen sebelum adanya transaksi pembelian.
2). Tidak dapat dipisahkan.
Umumnya jasa dihasilkan dan dikonsumsi secara bersamaan. Jika seseorang melakukan jasa, maka penyedianya adalah bagian dari jasa. Karena konsumen juga hadir saat jasa itu dilakukan, interaksi penyedia jasa adalah ciri khusus dari pemasaran jasa. Baik penyedia maupun konsumen mempengaruhi hasil jasa.
3). Bervariasi.
Jasa sangat bervariasi, karena tergantung pada siapa yang menyediakan serta kapan dan di mana jasa itu dilakukan. Perusahaan jasa dapat mengambil tiga langkah ke arah pengendalian kualitas. Pertama adalah investasi dalam seleksi dan peletihan karyawan yang baik. Langkah kedua adalah menstandarisasi proses pelaksanaan jasa dari seluruh organisasi. Langkah ketiga adalah memantau kepuasan pelanggan lewat sistem saran dan keluhan, survei pelanggan dan belanja perbandingan, sehingga pelayanan yang kurang dapat dideteksi dan diperbaiki.
4). Mudah lenyap.
Mudah lenyapnya suatu jasa tidak akan menjadi masalah bila permintaan tetap karena mudah untuk lebih dahulu mengatur staf untuk melakukan jasa itu. Jika permintaan berfluktuasi, perusahaan jasa menghadapi masalah yang rumit karena jasa tidak dapat disimpan.
Klasifikasi jasa dapat dilakukan berdasarkan 7 (tujuh) kriteria, menurut Lovelock 1987, yang dikutip oleh Tjiptono (2000:8), yaitu :
1). Segmen pasar
Berdasarkan segmen pasar, jasa dapat dibedakan menjadi jasa kepada konsumen akhir dan jasa kepada konsumen organisasional.
2). Tingkat keberwujudan
Kriteria ini berhubungan dengan tingkat keterlibatan produk fisik dengan konsumen. Berdasarkan kriteria ini, jasa dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) macam, yaitu :
a. Rented good service
Konsumen menyewa dan menggunakan produk-produk tertentu berdasarkan tarif tertentu selama jangka waktu tertentu. Contohnya penyewaan mobil, kaset video, villa, dan apartemen.

b. Owned goods service
Produk-produk yang dimiliki oleh konsumen direparasi, dikembangkan atau ditingkatkan unjuk kerjanya, atau dipelihara oleh perusahaan jasa. Contohnya jasa reparasi arloji, pencucian mobil.
c. Non goods service
Jasa personal bersifat intangible (tidak berbentuk produk fisik) ditawarkan kepada pelanggan. Contohnya supir, dosen.
3). Ketrampilan penyedia jasa
Berdasarkan tingkat ketrampilan penyedia jasa, jasa terdiri atas professional service (misalnya konsultan manajemen, konsultan hukum, dokter, perawat) dan nonprofessional service (misalnya supir taksi dan penjaga malam).
4). Tujuan organisasi jasa
Berdasarkan tujuan organisasi jasa dapat dibagi menjadi commercial service atau profit service (misalnya penerbangan, bank) dan nonprofit service (misalnya sekolah, panti asuhan).
5). Regulasi
Dari aspek regulasi, jasa dapat dibagi menjadi regulated service (misalnya pialang dan angkutan umum) dan nonregulated service (misalnya makelar, katering).

6). Tingkat intensitas karyawan
Berdasarkan tingkat intensitas karyawan, jasa dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua) macam, yaitu equipment based service (misalnya cuci mobil otomatis, ATM) dan people based service (misalnya pelatih sepakbola, satpam).
7). Tingkat kontak penyedia jasa dan pelanggan
Berdasarkan kontak ini, secara umum jasa dapat dibagi menjadi high contact service (misalnya bank, dokter dan pegadaian) dan low contact service (misalnya bioskop).
Meramal kualitas jasa yang akan dibeli merupakan hal yang sangat sulit. Perusahaan-perusahaan jasa sebaiknya memperhatikan tahap perencanaan produk dalam program pemasaran mereka. Sampai akhir-akhir ini, perusahaan jasa tertinggal dari perusahaan manufaktur dalam menggunakan pemasaran. Banyak bisnis jasa bersifat kecil dan tidak menggunakan teknik manajemen atau pemasaran formal. Ada juga bisnis profesional (kantor hukum dan akuntan) yang dulunya yakin bahwa menggunakan pemasaran itu tidak profesional. Sedangkan di dalam jasa perguruan tinggi dan rumah sakit menganggap sudah banyak permintaan maka usaha pemasaran tidak perlu lagi dilakukan. Karena jasa biasanya lebih tinggi dalam kualitas pengalaman dan kepercayaan, konsumen merasakan lebih banyak resiko dalam pembeliannya. Hal ini membawa beberapa konsekuensi. Pertama, konsumen jasa biasanya lebih bergantung pada promosi dari mulut ke mulut daripada iklan perusahaan jasa. Kedua, mereka sangat mengandalkan harga, personil, dan petunjuk fisik untuk menilai kualitas jasa. Ketiga, bila puas, mereka sangat setia pada penyedia jasa. Maka dari itu, perusahaan jasa perlu untuk menerapkan pemasaran secara lebih baik. Bertujuan untuk selalu memperbaharui pengenalan terhadap konsumennya, menilai kebutuhan-kebutuhan mereka sekarang dan di waktu yang akan datang. Misalnya dalam usaha bioskop perlunya konsep pemasaran yang bertujuan memberikan kepuasan terhadap keinginan dan kebutuhan konsumen. Saat ini perlu dilakukan untuk menarik minat konsumen. Kegiatan pemasaran suatu perusahaan harus dinilai dengan usaha mengenal, merumuskan keinginan dan kebutuhan konsumen. Agar kebutuhan konsumennya dapat dipenuhi secara memuaskan.