Contoh Lembar Penilaian Diri Sendiri, Orang Tua dan Teman

Dibawah ini adalah contoh salah satu penilaian Kurikulum Tahun 2013 atau yang biasa dikenal dengan istilah Kurtilas. Untuk memperoleh pemahaman yang sama dalam pelaksanaan penilaian hasil belajar oleh pendidik perlu dijelaskan pengertian yang terkait dengan penilaian di SD.

Penilaian adalah proses yang dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik secara berkelanjutan dalam proses pembelajaran, untuk memantau kemajuan dan perbaikan hasil belajar peserta didik.


Bagaimana mengatasi anak didik KARAKTERISTIK PESERTA DIDIK BERKEBUTUHAN KHUSUS 2022

 

Bagaimana mengatasi KARAKTERISTIK PESERTA DIDIK BERKEBUTUHAN KHUSUS

KARAKTERISTIK PESERTA DIDIK BERKEBUTUHAN KHUSUS

Anak Berkebutuhan Khusus dengan Hambatan Sensorik

Anak berkebutuhan khusus dikelompokkan sesuai dengan jenis hambatan yang dialami. Anak berkebutuhan khusus menurut Gunawan (2011) yaitu sebagai berikut.

Anak dengan Hambatan Penglihatan (Tunanetra)

Anak dengan hambatan penglihatan menurut Gunawan (2011) adalah anak yang mengalami gangguan daya penglihatan sedemikian rupa, sehingga membutuhkan layanan, khusus dalam pendidikan maupun kehidupannya. Dilihat dari sisi kependidikan dan rehabilitasi peserta didik hambatan penglihatan adalah mereka yang memiki hambatan penglihatan sehingga menghalangi dirinya untuk berfungsi dalam pendidikan dan aktifitas rehabilitatif tanpa menggunakan alat khusus, material khusus, latihan khusus, dan atau bantuan lain secara khusus.

Klasifikasi gangguan penglihatan berdasarkan tingkat ketajaman penglihatan dan dalam perspektif pendidikan menurut Gunawan (2011) dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok low vision dan hambatan penglihatan total (Totally Blind).

Low vision

Kelompok ini adalah kelompok hambatan penglihatan yang masih mampu melihat dengan ketajaman penglihatan (acuity)20/70. Kelompok ini mampu melihat dari jarak 6 meter, jauh lebih dekat dibandingkan dengan pelihatan orang normal (21 meter). Gambaranumum dari kelompokini, mereka masih mampu mengenal bentuk objek dari berbagai jarak, menghitung jari dari berbagaijarak.

Hambatan penglihatan total

Peserta didik dikatakan memiliki hambatan penglihatan secara total mereka yang tidak bisa memfungsikan kemampuan visualnya tidak memiliki penglihatan atau pun mereka yang bisa merasakan adanya sinar seperti mengetahui siang dan malam tanpa mengetahui sumber cahayanya.

Akibat dari adanya hambatan ini peserta didik diajarkan untuk memahami kemampuan membaca dan menulis braille dan orientasi mobilitas (OM) untuk membantu mereka dalam menjalankan daily activities..

Anak dengan Hambatan Pendengaran (Tunarungu)

Banyak istilah yang digunakan untuk menggambarkan seseorang yang mengalami kehilangan/gangguan pendengaran. Salah satunya menurut Nakata dalam Rahardja (2006) yang mengungkapkan bahwa anak dengan hambatan pendengaran atau anak tunarungu adalah mereka yang mempunyai kemampuan mendengar di kedua telinganya hampir di atas 60 desibel, yaitu mereka yang tidak mungkin atau kesulitan secara signifikan untuk memahami suara pembicaraan normal meskipun dengan mempergunakan alat bantu dengar atau alat- alat lainnya.

Tunarungu merupakan istilah yang digunakan untuk menunjukkan keadaan kehilangan pendengaran yang dialami seseorang. Dalam bahasa Inggris terdapat istilah hearing impairment, istilah ini menggambarkan adanya kerusakan atau gangguan secara fisik.

Akibat dari adanyakerusakan itu akan mengakibatkan gangguanpada fungsi pendengaran. Anak mengalami kesulitan untuk memperoleh dan mengolah informasi yang bersifat auditif, sehingga dapat menimbulkan hambatan dalam melakukan interaksi dan komunikasi secara verbal.

Pengelompokkan (klasifikasi) bagi anak yang mengalami hambatan pendengaran yang saat ini digunakan pada umumnya menurut Kirk (dalam Depdikbud, 1995:29) dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

·         0 dB Menunjukkan pendengaran yang optimal.

·         0 – 26 dB Menunjukkan seseorang masih mempunyai pendengaran yang normal.

·         27 – 40 dB Mempunyai kesulitan mendengar bunyi-bunyi yang jauh, membutuhkan tempat duduk yang strategis letaknya dan memerlukan terapi bicara (tergolong tunarungu ringan).

·         41 – 55 dB Mengerti bahasa percakapan, tidak dapat mengikutidiskusi kelas, membutuhkan alat bantu dengar dan terapi bicara (tunarungu sedang).

·         56 – 70 dB Hanya bisa mendengar suara dari jarak yang dekat, masih mempunyai sisa pendengaran untuk belajar bahasa dan bicara dengan menggunakan alat bantu mendengar serta dengan cara yang khusus (tunarungu agak berat).

·         71- 90 dB Hanya bisa mendengar bunyi yang sangat dekat, kadang – kadang dianggap tuli, membutuhkan pendidikan luar biasa yang intensif, membutuhkan alat bantu dengar dan latihan bicara secara khusus (tunarungu berat).

·         91dB ke atas mungkin sadarakan adanya bunyi atau suara dan getaran, banyak bergantung pada penglihatan daripada pendengaran untuk proses menerima informasi dan yang bersangkutan dianggap tuli (tunarungu berat sekali)

Menurut Moores dalam Alimin (2007) menjelaskan bahwa anak mengalami disability dalam berkomunikasi akibat dari kehilangan fungsi pendengaran (impairment). Istilah hearing impairment diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi istilah tunarungu, yang di dalamnya terkandung dua kategori yaitu yang disebut dengan deaf dan hard of hearing.

Moores (1982:6) menjelaskan “tuli” adalah mereka yang memiliki ketidakmampuan mendengar dalam tingkat 70 dB ISO atau lebih, sehingga tidak mengerti pembicaraan orang lain mengakibatkan kesulitan dalam memproses informasi bahasa melalui pendengarannya sehingga ia tidak dapat memahami pembicaraan orang lain dengan memakai maupun tidak memakai alat bantu dengar (hearing aid). Adapun orang yang “kurang dengar” adalah mereka yang memiliki ketidakmampuan dengar dalam tingkat 35 sampai 69 dB.

Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa gangguan pendengaran (tuli atau kurang dengar) tunarungu adalah mereka yang tidak mendengar atau kurang mendengar sebagai akibat pendengarannya yang terganggu fungsi indera pendengarannya baik menggunakan alat bantu dengar maupun tidak. Namun demikian, mereka masih tetap memerlukan layanan pendidikan khusus karena gangguan pendengaran berdampak pada aspek-aspek di bawah ini.

Aspek Motorik

Anak tunarungu yang tidak memiliki kecacatan lain dapat mencapai tugas- tugas perkembangan motorik(early major motor milestones), seperti duduk, merangkak, berdiri dengan tanpa bantuan, dan berjalan sama seperti yang terjadi pada anak yang mendengar (Preisler dalam Alimin, 2007).

Namun demikian, beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa anak dengan hambatan pendengaran memiliki kesulitan dalam hal keseimbangan dan koordinasi gerak umum, dalam menyelesaikan tugas-tugas yang memerlukan kecepatan serta gerakan-gerakan yang kompleks (Ittyerah, Sharma, dalam Alimin, 2007).

Aspek bicara danbahasa

Keterampilan berbicara dan bahasa merupakan bidang perkembangan yang paling banyak dipengaruhi oleh hambatan pendengaran. Khususnya anak dengan hambatan pendengaran dibawa sejak lahir.Menurut Rahardja (2006) bagi anak dengan hambatan pendengaran congenital atau berat, suara yang keras tidak dapat didengarnya meskipun dengan menggunakan alat bantu dengar.

Individu tersebut tidak dapat menerima informasi melalui suara, tetapi mereka sebaiknya belajar bahasa bibir. Suara yang dikeluarkan oleh anak dengan hambatan pendengaran biasanya sering sulit untuk dimengerti karena mereka mengalami kesulitan dalam membeda-bedakan artikulasi, kualitas suara, dan tekanan suara.

Anak dengan Hambatan Mental Kognitif

Anak dengan Hambatan Intelektual (Tunagrahita)

Menurut Gunawan (2011) anak mengalami hambatan intelektual adalah anak yang secara nyata mengalami hambatan dan keterbelakangan perkembangan mental-intelektual di bawah rata-rata, sehingga mengalami  kesulitan dalam menyelesaikan tugas-tugasnya. Mereka memerlukan layanan pendidikan khusus. Anak mengalami hambatan intelektual ialah anak yang mempunyai kemampuan intelektual di bawah rata-rata. Berbagai istilah yang dikemukakan mengenai anak mengalami hambatan intelektual, selalu menunjukpada keterhambatan fungsikecerdasan secara umum berada di bawah usia kronologisnya secara meyakinkan sehingga membutuhkan layanan pendidikan khusus.

Potensi dan kemampuan setiap anak anak mengalami hambatan intelektual berbeda-beda, maka untuk kepentingan pendidikan diperlukan pengelompokkan anak mengalami hambatan intelektual. Pengelompokkan itu berdasarkan berat ringannya ketunaan, atas dasar itu anak tungrahita dapat dikelompokkan. 

Hambatan Intelektual Ringan

Anak mengalami hambatan intelektual ringan umumnya memiliki kondisi fisik yang tidak berbeda. Mereka mempunyai IQ antara kisaran 50 s/d 70 dan juga termasuk kelompok mampu didik, mereka masih bisa dididik (diajarkan) membaca, menulis dan berhitung, anak anak mengalami hambatan intelektual ringan biasanya bisa menyelesaikan pendidikan setingkat kelas IV SD Umum.

Hambatan Intelektual Sedang

Anak anak mengalami hambatan intelektual sedang termasuk kelompok latih. Kondisi fisiknya sudah dapat terlihat, tetapi ada sebagian anak mengalami hambatan intelektual yang mempunyai fisik normal. Kelompok ini mempunyai IQ antara 30 s/d 50. Mereka biasanya menyelesaikan pendidikan setingkat kelas 2 SD Umum.

Hambatan Intelektual Berat

Kelompok ini termasuk yang sangat rendah intelegensinya tidak mampu menerima pendidikan secara akademis. Anak anak mengalami hambatan intelektual berat termasuk kelompok mampu rawat, IQ mereka rata-rata 30 ke bawah. Dalam kegiatan sehari-hari mereka membutuhkan bantuan orang lain.

Hambatan intelektual mengacu pada intelektual umum yang secara signifikan berada di bawah rata-rata. Anak mengalami hambatanintelektual mengalami hambatan dalam tingkah laku dan penyesuaian diri. Semua gangguan tersebut berlangsung atau terjadi pada masa perkembangannya. Lebih lanjut, Gunawan (2011) mengemukakan bahwa seseorang dikatakan anak mengalamihambatan intelektual apabilamemiliki tiga indikator, yaitu:

·         Keterhambatan fungsi kecerdasan secara umum atau di bawah rata- rata;

·         Ketidakmampuan dalam prilaku sosial/adaptif; dan

·         Hambatan perilaku sosial/adaptif terjadi pada usia perkembangan yaitu sampai dengan usia 18 tahun.

Klasifikasi anak mengalami hambatan intelektual secara sosial-psikologis terbagidua kriteria, yaitu: psikometrikdan perilaku adaptif. Ada empat taraf anak mengalami hambatan intelektual berdasarkan psikometrik (skor IQ- nya).

Tabel. 1 Tingkat Kecerdasan (IQ anak mengalami hambatan intelektual)

 

Klasifikasi

IQ

Mental Age

(MA)

(Tahun)

Stanford Binet

(SB)

Skala Weschler

(WISC)

Ringan (mild mental retardation)

68-52

69-55

8,3-10,9

Sedang (moderate mental retardation)

51-36

54-40

5,7-8,2

Berat (severe mental retardation)

35-20

39-25

3,2-5,6

Parah (profound

mental retardation)

≥ 19

≥ 24

≥ 3,1

 

Sumber: http://repository.upi.edu/operator/

Penggolongan anak anak mengalami hambatan intelektual menurut kriteria perilaku adaptif tidak berdasarkan taraf intelegensi, tetapi berdasarkan kematangan sosial. Hal ini juga mempunyai empat taraf, yaitu ringan, sedang, berat, dan sangat berat. Secara umum dampak dari gangguan intelektual dapat dilihat pada ciri-ciri sebagai berikut.

1)      Lamban dalam mempelajari hal-hal baru, mempunyai kesulitan dalam mempelajari konsep yang abstrak, dan selalu cepat lupa apa yang di pelajari apabila tanpa latihan terus menerus.

2)      Kesulitan dalam menggeneralisasi dan mempelajari hal-hal yang baru.

3)      Kemampuan bicaranya sangat kurang bagi anak mengalami hambatan intelektual berat.

4)      Cacat fisik dan perkembangan gerak. Anak mengalami hambatan intelektual berat mempunyai keterbatasan dalam gerak fisik, ada yang tidak dapat berjalan, tidak dapat berdiri atau bangun tanpa bantuan. Mereka lambat dalam mengerjakan tugas-tugas yang sangat sederhana, sulit menjangkau sesuatu, dan mendongakkan kepala.

5)      Kurang dalam kemampuan menolong diri sendiri. Sebagian dari anak mengalami hambatan intelektual berat sangat sulit untuk mengurus dirisendiri, seperti; berpakaian, makan, mengurus kebersihan diri. Mereka selalu memerlukan latihan khusus untuk mempelajari kemampuan dasar.

6)      Tingkah laku dan interaksi yang tidak lazim. Anak mengalami hambatan intelektual ringan dapat bermain bersama dengan anak reguler, tetapi anak yang mempunyai anak mengalami hambatan intelektual berat tidak melakukan hal tersebut. Hal itu mungkin disebabkan kesulitan bagi anak mengalami hambatan intelektual dalam memberikan perhatian terhadap lawan main.

7)      Tingkah laku kurang wajar yang terus menerus. Banyak anak mengalami hambatan intelektual berat bertingkah laku tanpa tujuan yang jelas.

Anak dengan Hambatan Fisik

Anak dengan Hambatan Anggota Gerak (Tunadaksa)

Ada berbagai macam definisi tentanganak yang mengalamigangguan gerak, tergantung dari siapa dan sudut mana melihatnya. Nakata (2003) dalam Djadja R, (2006) mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan gangguan gerak adalah:

·         Mereka yang tingkat kecacatan fisiknya mengakibatkan mereka mengalami kesulitan yang berat atau ketidakmungkinan melakukangerak dasar dalam kehidupansehari-hari seperti berjalandan menulis meskipun dengan memgunakan alat-alat bantu pendukung.

·         Mereka yang tingkat kecacatan fisiknya tidak lebih dari nomor 1 di atas yang selalu memerlukan observasi dan bimbingan medis.

·         Anak gangguan gerak, dilihat dari persentase anak berkebutuhan khusus yang lain, termasuk kelompok yang jumlahnya relatif kecil yaitu diperkirakan 0,06% dari populasi anak usia sekolah. Sedangkan jenis kelainannya bermacam-macam dan bervariasi, sehingga permasalahan yang dihadapi sangat kompleks.

Pada dasarnya anak gangguan gerak dikelompokkan menjadi dua bagian besar, yaitu (1) Kelainan pada sistem serebral (cerebral system) dan (2) kelainan pada sistem otot dan rangka (musculus skeletal system). Adapun yang termasukkelompok pertama, seperticerebral palsy yang meliputijenis spastic, athetosis, rigid, hipotonia, tremor, ataxia, dan campuran.                                                                                     

Sedangkan yang termasuk pada kelompok kedua, seperti poliomyelitis, muscle dystrophy dan spina bifida. Sedangkan anak anak yang mengalami kelumpuhan yang dikarenakan kerusakan pada otot motorik yang sering diderita oleh anak-anak pasca polio dan muscle dystrophy lain mengakibatkan gangguan motorik terutama gerakan lokomosi, gerakan ditempat, dan mobilisasi. Ada sebagian anak dengan gangguan gerak yang berat, ringan, dan sedang. Untuk berpindah tempat perlu alat ambulasi, juga perlu alat bantu dalam memenuhi kebutuhannya, yaitu memenuhi kebutuhan gerak.

Anak dengan Hambatan Lainnya

Anak dengan Gangguan Perilaku dan Emosi

Menurut Gunawan (2011)anak dengan gangguanperilaku adalah anak yang berperilaku menyimpang baik pada taraf sedang, berat dan sangat berat, terjadi pada usia anak dan remaja, sebagai akibat terganggunya perkembangan emosi dan sosial atau keduanya, sehingga merugikan dirinya sendiri maupun lingkungan, maka dalam mengembangkan potensinya memerlukan pelayanan dan pendidikan secara khusus.

Di dalam dunia Pendidikan Khusus dikenal dengan nama anak hambatan perilaku dan emosi (behavioral disorder). Kelainan tingkah laku ditetapkan bila mengandung unsur:

1.      Tingkah laku anak menyimpang dari standar yang diterima umum.

2.      Derajat penyimpangan tingkah laku dari standar umum sudah ekstrim.

3.      Lamanya waktu pola tingkah laku itu dilakukan.

Secara umum anak hambatan perilaku dan emosi (anak yang mengalami gangguan emosi dan perilaku) memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1.      Cenderung membangkang.

2.      Mudah terangsang emosinya/emosional/mudah marah.

3.      Sering melakukan tindakan agresif, merusak, mengganggu.

4.      Sering bertindak melanggar norma sosial/norma susila/hukum.

5.      Cenderung prestasi belajar dan motivasi rendah sering bolos jarang masuk sekolah.

6.      Anak Autis

 Autisme berdasarkan Individuals with Disabilities Education (IDEA) yang dikutip oleh Rahardja (2006) adalah kelainan perkembangan yang secara signifikan berpengaruh terhadap komunikasi verbal dan non verbal serta interaksi sosial, umumnya terjadi pada usia sebelum tiga tahun, yang berpengaruh buruk terhadap kinerja pendidikan anak. Karakteristik yang lain sering menyertaiautisme seperti melakukankegiatan yang berulang-ulang dan gerakan stereotip, penolakan terhadap perubahan lingkungan atau perubahan dalam rutinitas sehari- hari, dan memberikan respon yang tidak semestinya terhadap pengalaman sensori. Secara umum anak autis memiliki karakteristik sebagaiberikut.

·         Mengalami hambatan di dalam bahasa.

·         Kesulitan dalam mengenal dan merespon emosi dengan isyarat sosial.

·         Kekakuan dan miskin dalam mengekspresikan perasaan.

·         Kurang memiliki perasaan dan empati.

·         Sering berperilaku di luar kontrol dan meledak-ledak.

·         Secara menyeluruh mengalami masalah dalam perilaku.

·         Kurang memahami akan keberadaan dirinya sendiri.

·         Keterbatasan dalam mengekspresikan diri

·         Berperilaku monoton dan mengalami kesulitan untuk beradaptasi dengan lingkungan.

Dalam dunia pendidikan, anak autis ini dapat digolongkan ke dalam beberapa spektrum, yaitu sebagai berikut.

1.      Anak autis yang memiliki fungsi kognisi dan intelektual tingkat tinggi. (High function children with autism).

2.      Anak autis yang memiliki fungsi kognisi dan intelektual tingkat menengah (Middle function children with autism).

3.      Anak autis yang memiliki fungsi kognisi dan intelektual tingkat rendah (Low function children with autism).

Anak Cerdas Istimewa Berbakat Istimewa

 Anak yang memiliki potensi kecerdasan istimewa (gifted) dan anak yang memiliki bakat istimewa (talented) adalah anak yang memiliki potensi kecerdasan (intelegensi), kreativitas, dan tanggung jawab terhadap tugas (task commitment) di atas kemampuan anak-anak seusianya (anak normal), sehingga untuk mengoptimalkan potensinya, diperlukan pelayanan pendidikan khusus. Anak cerdas dan berbakat istimewa disebut sebagai gifted & talented children (Dudi Gunawan, 2011).

Anak-anak berbakat istimewasecara alami memilikikarakteristik yang khas yang membedakannya dengan anak-anak normal. Karakteristik ini mencakup beberapa domain penting, termasuk di dalamnya: domain intelektual-koginitif, domain persepsi-emosi, domain motivasi dan nilai- nilai hidup, domain aktifitas, serta domain relasi sosial.

Berikut beberapa karakteristik yang paling sering diidentifikasi terdapat pada anak berbakat istimewa pada masing-masing domain di atas. Namun demikian perlu dicatat bahwa tidak semua anak-anak berbakat istimewa (gifted) selalu menunjukkan atau memiliki karakteristik intelektual-kognitif seperti di bawah ini (Gunwan, 2011):

a.       Menunjukkan atau memiliki ide-ide yang orisinal, gagasan-gagasan yang tidak lazim, pikiran-pikiran kreatif.

b.      Mampu menghubungkan ide-ide yang nampak tidak berkaitan menjadi suatu konsep yang utuh.

c.       Menunjukkan kemampuan bernalar yang sangat tinggi.

d.      Mampu menggeneralisasikan suatu masalah yang rumit menjadi suatu hal yang sederhana dan mudah dipahami.

e.       Memiliki kecepatan yang sangat tinggi dalam memecahkan masalah.

f.       Menunjukkan daya imajinasi yang luar biasa.

g.      Memiliki perbendaharaan kosakata yang sangat kaya dan mampu mengartikulasikannya dengan baik.

h.      Biasanya fasih dalam berkomunikasi lisan, senang bermain atau merangkai kata-kata.

i.        Sangat cepat dalam memahami pembicaraan atau pelajaran yang diberikan.

j.        Memiliki daya ingat jangka panjang (long term memory) yang kuat.

k.      Mampu menangkap ide-ide abstrak dalam konsep matematika dan/atau sains.

l.        Memiliki kemampuan membaca yang sangat cepat.

m.    Banyak gagasan dan mampu menginspirasi orang lain.

n.      Memikirkan sesuatu secara kompleks, abstrak, dan dalam.

o.      Mampu memikirkan tentang beragam gagasan atau persoalan dalam waktu yang bersamaan dan cepat mengaitkan satu dengan yang lainnya.

p.      Kesulitan Belajar Spesifik (Disleksia, Diskalkulia, Disgrafia)

Anak yang mengalami learning disabilities (LD) atau Specific Learning Diificulties (SLD) secaraumum dapat diartikansuatu kesulitan belajarpada anak yang ditandai oleh ketidakmampuan dalam mengikuti pelajaran sebagaimana mestinya dan berdampak pada hasil akademiknya. Kesulitan belajar merupakan hambatan atau gangguan belajar pada anak atau remaja yang ditandai adanya kesenjangan  yang  signifikan  antara  taraf intelegensi dan kemampuan akademik yang seharusnya dicapai oleh anak seusianya.

Anak LD atau SLD adalah masalah belajar primer yang disebabkan karena adanya deficit atau kekurangan fungsidalam satu atau lebih area inteligensi. Penyebabnya gangguan neurologis dan genetik. Istilah LD atau SLD hanya dikenakan pada anak-anak yang mempunyai inteligensia normal hingga tinggi. Gangguan ini merupakan gangguan yang kasat mata, berupa kesalahan dalam hal membaca (disleksia), menulis (disgrafia), dan berhitung (diskalkulia). Kesalahan yang terjadi akan selalu dalam kesalahan sama secara terus menerus, dan dibawa seumurhidup (long live disabilities). Adapun karakteristiknya dapat diidentifikasi dari hal-hal berikut ini.

PDBK yang mengalami kesulitan membaca (disleksia)

a.       Perkembangan kemampuan membaca terlambat,

b.      Kemampuan memahami isi bacaan rendah,

c.       Kalau membaca sering banyak kesalahan

PDBK yang mengalami kesulitan belajar menulis (disgrafia)

a.       Kalau menyalin tulisan sering terlambat selesai,

b.      Sering salah menulishuruf b denganp, p dengan q, v dengan u, 2 dengan 5, 6 dengan 9, dan sebagainya,

c.       Hasil tulisannya jelek dan tidak terbaca,

d.      Tulisannya banyak salah/terbalik/huruf hilang,

e.       Sulit menulis dengan lurus pada kertas tak bergaris.

PDBK yang mengalami kesulitan belajar berhitung (diskalkulia)

a.       Sering salah menulis angka 2 dengan 5, 6 dengan 9, dan sebagainya

b.      Rancu atau bingungdengan simbol-simbol matematis. Misalnya tanda +,

c.       -, x, :, dan sebagainya.

Solusi Pembelajaran Daring (Dalam Jaringan) Bagi Guru Yang Gaptek IT

Solusi Pembelajaran Daring (Dalam Jaringan) Bagi Guru Yang Gaptek IT - Ada banyak cara dalam kegiatan pembelajaran dalam jaringan (daring) ini sebenarnya. Di dunia maya juga banyak aplikasi-aplikasi pembelajaran dengan berbasis IT (ilmu dan teknologi) berbasis aplikasi juga. Tapi apalah daya, kadang bagi guru yang awam atau sudah sepuh hampir pensiun mungkin kurang memahami beberapa aplikasi yang bisa di jalankan oleh guru tersebut. 
Singkatnya Solusi Pembelajaran Daring (Dalam Jaringan) Bagi Guru Yang Gaptek IT adalah dengan menggunakan Aplikasi Whatsap atau WA. Yaitu dengan cara membuat group kelas atau group wali murid bagi kelas rendah disekolah dasar. Aplikasi Whatsap ini sangat membantu guru dalam menyampaikan tugas-tugas secara online, yakni dengan cara men share tugas-tugas guru di WA group.
Solusi kedua jika sudah memiliki aplikasi dan group Whatsap adalah memiliki atau mendownload Buku Sekolah Elektronik  (BSE). Di internet banyak sekali jenisnya, anda bisa mendownloadnya secara gratis. Setelah di download guru tersebut membuka buku BSE tersebut lalu di screenshoot kemudian di share di group WA.
Itulah Solusi Pembelajaran Daring (Dalam Jaringan) Bagi Guru Yang Gaptek IT, semoga artikel ini bisa bermanfaat di tengah wabah Virus Corona ini yang mengharuskan gur melaksanakan Pendidikan / Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ).Semoga Bermanfaat. Salam.

Cara Menentukan Sebuah Topik atau Tema Dalam Cerita

1. TOPIK / TEMA (Pokok bahasan)
Topik utama merupakan subject utama bacaan, tentang apa bacaan tersebut. Topik atau tema dalam sebuah teks atau paragraf adalah subject dari tulisan yang bisa berupa: inti isi tulisan (the text is about) atau judul tulisan (title). Sebuah paragraf yang baik hanya membahas satu subject. Subject ini biasanya disebut dengan istilah Topic Noun atau Pokok bahasan.

Cara mencari / menemukan topik atau tema:
Kita harus membaca baris pertama dan kedua jika hanya ada satu paragraf atau amati keseluruhan paragraf pertama jika ada lebih dari satu paragraf.

Cari kata kunci yang paling sering diulang-ulang dalam bacaan baik pada awal baris tetapi juga di bagian-bagian selanjutnya, termasuk juga pada bagian kesimpulan.

Jika pertanyaan tentang topik, maka jawabannya busa berupa SATU KATA atau BENTUK FRASE (kelompok kata). Topik atau tema dari sebuah paragraf adalah subject dari tulisan itu yg bisa berupa: inti isi tulisan (the text is about) atau judul teks (title).

Cara cepat mencari topik atau tema (pokok bahasan) pada soal reading

Baca dahulu baris pertama dan kedua paragraf, jika hanya ada satu paragraf.

Temukan kata kunci (key word) yang selalu diulang-ulang baik pada bagian awal, tengah atau akhir, terutama bagian kesimpulan.

Kata kunci (key word) ini dapat berupa sinonim atau kata yang sama artinya.

Note: Jika teks tersebut memuat banyak paragraf, biasanya paragraf pertama merupakan pengantar dari teks tersebut, sedang topik (pokok bahasan) sangat mungkin terdapat pada paragraf kedua, dan ketiga.

Contoh pertanyaan Topik:

What is the main topic of this passage? (Apa topik utama bacaan ini?)

The text is talking mainly about? (Teks ini sedang membicarakan apa?)

What does the text tell about? (Teks ini menceritakan tentang apa?)

What is the subject of the passage? (Apa pokok permasalahan teks ini?)

The passage is about? (Teks ini mengenai… )



Demikian sedikit penjelasan tentang cara mencari / menemukan topik atau tema (poko bahasan) pada sebuah teks semoga bermanfaat.

PENILAIAN AHKIR TAHUN (PAT) MTS MAARIF WANAREJA CILACAP

KERJAKAN LINK SOAL PAT BERIKUT INI SESUAI DENGAN KELASNYA MASING-MASING.
SILAHKAN KLIK LINK SOAL DIBAWAH INI.

JAM PERTAMA

1. Link SOAL PENJASKES Kelas 7

2. Link SOAL PENJASKES Kelas 8

JAM KEDUA
3. Link SOAL ASWAJA Kelas 7

4.Link SOAL ASWAJA Kelas 8

Menulis Surat Resmi dan contoh surat resmi

Kamu sering menulis surat, bukan? Menulis surat termasuk salah satu keterampilan berbahasa.
Berdasarkan isinya, surat dibedakan atas surat pribadi, surat dinas, dan surat niaga. Surat pribadi berisi masalah pribadi penulis, baik yang ditujukan kepada perorangan maupun kepada instansi tertentu.
Surat dinas atau sering pula disebut surat resmi berisi masalah kedinasan, baik yang dibuat oleh perusahaan, organisasi pemerintah, maupun perorangan. Sedangkan surat niaga berisi masalah bisnis atau perniagaan.
Sekarang perhatikanlah surat berikut!

a. kop surat, 
b. nomor dan hal surat, 
c. tanggal surat, 
d. alamat tujuan, 
e. bagian pembuka surat,
f. bagian isi,
g. bagian penutup,
h. tanda tangan dan nama pengirim surat.

Pengertian Konjungsi dan macam-macam konjungsi

Konjungsi atau kata sambung atau kata hubung adalah kata untuk menghubungkan kata-kata, ungkapan-ungkapan atau kalimat-kalimat dan sebagainya dan tidak untuk tujuan atau maksud lain
  1. Konjungsi Pertentangan
    Konjungsi pertentangan ialah konjungsi koordinatif yang bisa menghubungkan dua bagian kalimat yang sejajar dengan mempertentangkan kedua bagian itu.Biasanya pada bagian kedua menduduki posisi yang jauh lebih penting dari yang pertama, misalnya : tetapi, akan tetapi, melainkan, padahal, sebaliknya, sedangkan, dan juga namun.
  2. Konjungsi Temporal waktu
    Konjungsi waktu yang menjelaskan hubungan waktu diantara dua hal ataupun peristiwa. Kata-kata konjungsi temporal berikut ini bisa menjelaskan hubungan yang tak sederajat.
    Misalnya saja: apabila, bila, bilamana, hingga, demi, ketika, sambil, sampai, sebelum, sedari, sejak, semenjak, selama, sementara, setelah, seraya, waktu, sesudah, dan juga tatkala. Sementara konjungsi yang berikut ini menghubungkan dua bagian kalimat yang sudah sederajat, misalnya saja sebelumnya serta sesudahnya.
  3. Konjungsi Sebab atau kausalitas
    Konjungsi sebab yang menjelaskan bahwa sebuah peristiwa terjadi dikarenakan sebuah sebab tertentu. Apabila anak kalimat ditandai oleh konjungsi sebab, induk dari kalimat ialah akibatnya. Kata yang dipakai agar menyatakan hubungan sebab ialah sebab, sebab itu, karena, dan juga karena itu.
  4. Konjungsi Syarat atau kondisional
    Konjungsi syarat yang menjelaskan bahwa sebuah hal bisa terjadi bila syarat -syarat yang sudah disebutkan itu sudah dipenuhi. Kata kata yang menyatakan hubungan ini ialah jika, jikalau, asalkan, apabila, kalau, dan juga bilamana.
  5. Konjungsi Perbandingan
    Konjungsi perbandingan yang berfungsi menghubungkan dua hal dengan cara untuk membandingkan kedua hal itu. Kata-kata yang sering digunakan didalam konjungsi ini ialah sebagai, sebagaimana, bagai, seperti, bagaikan, ibarat, seakan-akan, umpama, dan juga daripada.
  6. Konjungsi Penegas atau menguatkan
    Konjungsi ini fungsinya untuk menegaskan ataupun meringkas sebuah bagian kalimat yang sudah disebut sebelumnya. Termasuk di dalam konjungsi hal-hal yang sudah menyatakan rincian. Kata-kata yang termasuk didalam konjungsi ini ialah bahkan, apalagi, yakni, yaitu, misalnya, umpama, ringkasnya, dan juga akhirnya.
  7. Konjungsi Pembenaran atau konsesif
    Konjungsi pembenaran yakni sebuah konjungsi subordinatif yang bisa menghubungkan 2 hal menggunakan cara membenarkan ataupun mengakui sebuah hal, sementara menolak hal yang lain bisa ditandai oleh konjungsi tadi.
    Pembenaran dinyatakan didalam klausa utama atau induk kalimat, untuk penolakan yang dinyatakan didalam sebuah anak kalimat yang sudah didahului oleh konjungsi misalnya, meskipun, biarpun, walaupun, biar, sungguhpun, kendatipun, dan juga sekalipun.
  8. Konjungsi Pembatasan
    Konjungsi ini bisa menyatakan pembatasan kepada sesuatu hal ataupun dalam batas-batas yang dimana perbuatan bisa dikerjakan, misalnya kecuali, selain, serta asal.
  9. Konjungsi Aditif atau gabungan
    Konjungsi aditif (gabungan) ialah konjungsi koordinatif yang funsginya untuk menggabungkan dua kata, frasa, klausa, ataupun kalimat didalam kedudukan yang sederajat, misalnya saja : dan, lagi, lagi pula, dan juga serta.
  10. Konjungsi Disjungtif atau pilihan
    Konjungsi pilihan ialah konjungsi koordinatif yang bisa menghubungkan dua unsur yang sederajat yang memilih salah satu dari dua hal ataupun lebih, misalnya: atau, atau….atau, baik…baik…, maupun, dan juga entah…entah…
  11. Konjungsi Final atau tujuan
    Konjungsi tujuan ialah semacam konjungsi modalitas yang bisa menjelaskan maksud dan juga tujuan sebuah peristiwa, ataupun tindakan. Kata-kata yang biasa digunakan agar dapat menyatakan hubungan ini ialah : supaya, guna, untuk, dan juga agar.
  12. Konjungsi Akibat atau konsekutif
    Konjungsi akibat yang menjelaskan bahwa sebuah peristiwa terjadi akibat sebuah hal yang lainnya. Didalam hal ini anak kalimat ditandai dengan konjungsi yang menyatakan sebuah akibat, sedangkan peristiwanya dinyatakan didalam induk kalimat. Kata-kata yang digunakan agar bisa menandai konjungsi akibat ialah sehingga, sampai, dan akibatnya.
  13. Konjungsi Tak Bersyarat
    Kata penghubung tak bersyarat bisa menjelaskan bahwa sebuah hal bisa terjadi tanpa perlu terdapatnya syarat – syarat yang untuk dipenuhi. Kata – kata yang termasuk didalam konjungsi ini ialah walaupun, meskipun, dan biarpun.
  14. Konjungsi Korelatif
    Konjungsi korelatif ialah konjungsi yang menghubungkan 2 kata, frasa, ataupun klausa; serta kedua unsur itu mempunyai status sintaktis yang sama.
    Konjungsi korelatif yang terdiri atas 2 bagian yang sudah dipisahkan oleh salah satu kata, frasa, ataupun klausa yang dihubungkan.
    Contoh : baik … maupun …, tetapi (…) juga …, (maupun) … tidak hanya …, apa(kah) … atau … jangankan …, demikian (rupa) … sehingga… pun ….
  15. Konjungsi Penjelas atau penetap
    Konjungsi penjelas fungsinya menghubungkan bagian kalimat yang terdahulu dengan perinciannya. Contoh dari kata didalam konjungsi ini ialah bahwa.
  16. Konjungsi Urutan
    Konjungsi ini yang menyatakan urutan sebuah hal. Kata yang termasuk didalam konjungsi ini ialah mula-mula, lalu, dan juga kemudian.

Informasi Bantuan Pendidikan Kuliah S1

Bantuan Biaya Pendidikan melalui KIP Kuliah - Jakarta, Kemendikbud --- Program Kartu Indonesia Pintar (KIP) Kuliah yang diluncurkan Presiden Joko Widodo merupakan bukti kehadiran negara untuk membantu warganya memperoleh hak pendidikan hingga bangku kuliah. Negara hadir untuk mendukung generasi muda, calon pemimpin masa depan, yang berpotensi tetapi membutuhkan dukungan finansial agar dapat memiliki akses yang sama untuk mendapatkan pendidikan tinggi.

Melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), pemerintah menargetkan 818.000 mahasiswa untuk menerima KIP Kuliah pada tahun 2020. KIP Kuliah dikelompokkan menjadi KIP Kuliah dan KIP Kuliah Afirmasi yang mencakup dukungan bagi penyandang disabilitas, peserta program Afirmasi Pendidikan Tinggi (ADik) untuk Orang Asli Papua di wilayah Papua dan Papua Barat, wilayah 3T (terdepan, terluar, atau tertinggal), serta wilayah yang terkena dampak bencana alam atau konflik sosial.

“Jumlah tersebut terdiri dari mahasiswa Bidikmisi on-going tahun 2016-2019 sebanyak 418.000 mahasiswa dan KIP Kuliah untuk calon mahasiswa baru sebanyak 400.000 mahasiswa," disampaikan Sekretaris Jenderal Kemendikbud, Ainun Na’im di Kantor Kemendikbud di Jakarta, Senin (17/2/2020).

Jaminan Keberlangsungan Bidikmisi dan Afirmasi saat ini (ongoing)

Kemendikbud menjamin keberlangsungan studi mahasiswa penerima Bidikmisi dan Afirmasi saat ini (ongoing) untuk terus mendapatkan bantuan pendidikan sampai dengan masa studi selesai.

“Tidak ada perubahan apapun terhadap program bantuan pendidikan yang sedang diterima. Sesuai rencana, dana Bidikmisi semester genap akan dicairkan pada awal Maret 2020,” jelas Sesjen Ainun Na'im.

Calon Mahasiswa Baru yang memerlukan KIP Kuliah

Bagi calon mahasiswa yang berasal dari keluarga tidak mampu dan lulus SMA, SMK, MA/sederajat pada tahun 2018-2020, dipersilakan mendaftar untuk mendapatkan KIP Kuliah mulai awal Maret 2020. Pendaftaran dilakukan secara online pada laman http://kip-kuliah.kemdikbud.go.id/.

Data yang diperlukan untuk pendaftaran KIP Kuliah sama dengan persyaratan mendapatkan Bidikmisi, yaitu Nomor Induk Kependudukan (NIK), Nomor Induk Siswa Nasional (NISN), Nomor Pokok Sekolah Nasional (NPSN), dan alamat e-mail. Setelah diverifikasi oleh sistem, calon akan menerima nomor pendaftaran dan kode akses untuk mendaftar ke Perguruan Tinggi Negeri (PTN).

Dalam hal calon mahasiswa berasal dari keluarga tidak mampu namun belum memiliki KIP atau orang tua/wali mahasiswa belum terdaftar sebagai penerima Kartu Keluarga Sejahtera (KKS), masih mungkin menerima KIP Kuliah selama lolos seleksi dan verifikasi kondisi ekonomi oleh perguruan tinggi terkait.

Pendaftaran Jalur SNMPTN

Calon mahasiswa yang tidak membutuhkan dukungan KIP Kuliah dan ingin mendaftar seleksi masuk PTN melalui jalur Seleksi Nasional Masuk PTN (SNMPTN) dapat melakukan pendaftaran hingga 27 Februari 2020. Namun, khusus bagi calon mahasiswa yang membutuhkan dukungan KIP Kuliah dan ingin mendaftar seleksi masuk PTN melalui jalur SNMPTN, maka dipersilakan mendaftar ke laman KIP Kuliah terlebih dahulu untuk mendapatkan nomor pendaftaran dan kode akses. Pendaftaran dapat dilakukan pada awal bulan Maret 2020 hingga 31 Maret 2020.

“Bagi calon mahasiswa yang membutuhkan dukungan KIP Kuliah, diharapkan untuk tenang dan memantau perkembangan di kanal Kemendikbud. Informasi lebih lengkap terkait KIP Kuliah akan diumumkan pada awal Maret,” pungkas Sesjen Kemendikbud. (*)

Jakarta, 18 Februari 2020
Biro Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Laman: kemdikbud.go.id
Twitter: twitter.com/Kemdikbud_RI
Instagram: instagram.com/kemdikbud.ri
Facebook: fb.com/kemdikbud.ri
Youtube: KEMENDIKBUD RI

Sumber : SIARAN PERS Nomor: 25/Sipres/A6/II/2020